Jumat, 10 April 2015


Fisioterapi  Stroke

Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu.

Definisi menurut WHO: stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak

Menurut Neil F Gordon:  stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak. Tidak ada satupun bagian tubuh manusia yang dapat bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan dalam kehidupan terutama oksigen pengangkut bahan makanan yang dibutuhkan pada otak dan otak dalah pusat control system tubuh termasuk perintah dari semua gerakan fisik.

Dengan kata lain stroke merupakan manifestasi keadaan pembuluh darah cerebral yang tidak sehat sehingga bisa disebut juga “cerebral arterial disease” atau “cerebrovascular disease”. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan atau pecahnya pembuluh darah, semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai

Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) masih penyebab kematian ketiga, sesudah penyakit jantung dan kanker. Di negara maju, meskipun angka kematian dari GDOP akhir-akhir ini cenderung menurun oleh karena pencegahan terhadap penyakit ini telah dilakukan sebaik mungkin. Di negara berkembang kemajuan ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi telah memperpanjang usia

Di samping itu, perbaikan metoda penanganan penderita GPDO yang akut, telah menekan angka kematian penderita, akibat dari semua ini dapat diramalkan bahwa jumlah penderita yang mempunyai gejala sisa akibat GPDO akan meningkat.

Pada kondisi Gangguan Pembuluh Darah Otak atau Stroke, problem yang sering timbul oleh pasien biasanya :
1.      Adanya kelemahan otot pada bagian anggota gerak tubuh yang terkena
2.      Adanya gangguan keseimbangan
3.      Adanya gangguan postur

4.      Adanya gangguan pernafasan

5.      Adanya atropi.
6.      Adanya gangguan kemampuan fungsional

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke yang bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien stroke, sehinga mereka mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Program rehabilitasi ini bisa dibilang merupakan program yang tidaklah mudah, karena setelah stroke terkadang menyisakan kelumpuhan terutama pada sisi yang terkena, timbul nyeri, subluksasi pada bahu, pola jalan yang salah dan masih banyak kondisi yang perlu dievaluasi oleh fisioterapis.
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan electrotherapy, hidrotherapy, exercise therapay (Bobath method, Proprioceptive Neuromuscular Facilitation, Neuro Developmental Treatment, Sensory Motor Integration, dll..) telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan program terapi yang diberikan.

Kemampuan anggota keluarga memberikan penanganan akan berdampak sangat baik bagi pemulihan pasien. Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran sensomotorik  pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang memiliki waktu relatif lebih banyak. Dampak lain adalah jika pemahaman anggota keluarga kurang tentang penanganan pasien stroke maka akan menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yangsalah pula. Hal ini justru akan memperlambat proses perkembangan gerak.


Rehabilitasi terdiri dari:
  • Kemampuan dan keterampilan belajar kembali
  • Mempelajari keterampilan-keterampilan baru
  • Membiasakan terhadap keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan oleh stroke
  • Mendapatkan dukungan social, emosional dan lati-han di rumah dan di dalam masyarakat.
Banyak aktivitas yang bisa dilakukan untuk terapi, seperti:
  • Mengatur posisi untuk memastikan bahwa tubuh berada pada posisi yang tepat. Mereka juga akan disarankan untuk merubah posisi untuk memastikan bahwa otot-otot dan tulang sendi tidak kaku dan penderita tidak bertambah sakit. Jika otot-otot Sangat lemah, maka butuh bantuan untuk melakukan aktivitas tersebut
  • Pengawasan dan penguatan otot ini bisa dimulai dengan gerakan-gerakan kecil dipandu oleh ahli terapi, tetapi bila otot-otot makin kuat dan gerakan-gerakan yang lebih sulit akan ditambah/diberikan.
  • Aktivitas fungsional apabila otot sudah sangat kuat, gerakan-gerakan akan digabungkan dengan aktivitas
  • Aktivitas seperti duduk, berdiri, berjalan, makan, men-cuci, dll.
  • Keseimbangan agar mampu untuk bergerak den-gan mudah dan aman dan melakukan suatu gabungan aktivitas pada waktu yang bersamaan, keseimbangan adalah hal penting. Latihan-latihan yang membutuhkan keseimbangan dan untuk mengembangkan kemampuan penderita untuk membetulkan keseimbangan mereka secara bebas adalah hal umum setelah terkena stroke.
  • Menelan sebagian orang mempunyai kesulitan untuk menelan setelah terkena stroke. Ini bisa menye-babkan resiko lebih besar terhadap infeksi pernapasan. Pengaturan posisi dan saran untuk mengkonsumsi jenis-jenis makanan dan latihan-latihan khusus juga dapat membantu.
  • Berbicara banyak tipe masalah-masalah berbicara. Terapi bisa membantu penderita untuk mengenal kata-kata, mengkoordinasikan otot untuk berbicara atau mencari cara komunikasi lain.
  • Adaptasi untuk menjadikan aktivitas lebih mudah, seperti berjalan dan makan, adaptasi atau bantuan-bantuan bisa digunakan. Kadang-kadang bersifat sementara dan ketika penderita sembuh dapat dipindahkan. Kadang-kadang lebih permanent.

Rehabilitasi juga merupakan proses yang lama dan setiap orang yang terlibat harus menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut. Satu atau dua sesi mungkin tidak nampak hasil, tapi mereka tidak boleh menyerah. Dengan waktu dan usaha banyak penderita stroke bisa sembuh beberapa tingkat.

Berikan beberapa bentuk latihan berikut ini :
Gerakkan semua sendi pada lengan dan tungkai secara perlahan yaitu lurus dan menekuk sebanyak 5 – 7 kali.
Gerakan yang diberikan secara perlahan agar pasien dapat ikut aktif melakukanya.
Posisikan duduk dan berikan pegangan pada tangan pasien  Anjurkan untuk melakukan gerakan disekitar pinggang dan pinggul
Gerakan yang diharapkan adalah gerakan rotasi (beputar) foreward dan backward dan bukan gerakan mendorong kedepan dan kebelakang.
Lakukan secara perlahan gerakan mengangkat lengan dan mintalah pasien untuk ikut melakukannya dan berusaha agar siku tidak terdorong keluar. Dan tubuh tetap tegak. Dengan kata lain pasien berusaha tidak  melakukan gerakan kompensasi dengan tetap menjaga kestabilan tubuh serta mengontrol lengan agar  selama gerakan dilakukan siku tidak terdorong kesamping. lakukan sebanyak 7 kali pengulangan.
Berikan gerakan-gerakan pada jari-jari dan jangan memberikan regangan berlebihan. Gerakan yang  diberikan antara lain gerakan menekuk kebelakang (dorsal fleksi) pada pergelagan tangan, menekuk  kedepan (fleksi) pada sendi antara punggung tangan dan jari-jari (metacarpo phalangeal joint) dan  meluruskan sendi pada jari-jari. Dapat dilakukan secara terpisah ataupun bersama-sama dengan pola  seperti diatas. lakukan sebanyak 7 kali pengulangan.
Lakukan gerakan dan peregangan pada jari-jari kaki. Hal ini perlu dilakukan, karena pada pasien stroke  sering mengalami masalah pada penumpuan (Base of Support). Gangguan penumpuan berupa   kecenderungan tumpuan hanya pada sisi tepi lateral) telapak kaki. Hal tersebut mengakibatkan gangguan  informasi tentang posisi yang mempengaruhi kestabilan tubuh.
Posisikan tangan seperti pada gambar disamping (Lumbrical position), lakukan koreksi pada jari-jari agar  menggenggam dengan sempurna, kemudian lakukan gerakan kedepan dan kebelakang (fleksi-ekstensi  pada pergelangan tangan. Gerakan ini akan membantu stabilitas dan mobilitas pergelangan tangan dan jari-jari. Sehingga fungsi jari-jari (prehension) bekerja dengan baik.
"Catatan : Keberhasilan latihan bagi pasien stroke dengan berbagai metode apapun hanya dapat dicapai jika pasien AKTIF dan bukan PASIF  melakukan gerakan dan fisioterapis memfasilitasi agar pola gerak sesuai dengan “normal Pattern”.
Latihan pada stroke = Pembelajaran sensomotorik pada Sistam Saraf."


Tahap-tahap Rehabilitasi secara Fisik adalah sebagai berikut :
  1. Positioning
  • Berbaring terlentang
Berbaring Terlentang
Berbaring Terlentang
  • Miring ke sisi yang sehat.
Miring ke sisi yang sehat
Miring ke sisi yang sehat
  • Miring ke sisi yang lumpuh
  • Miring ke sisi yang lumpuh
  • Miring ke sisi yang lumpuh
  • 2. Range of motion (ROM)
    • Latihan pasif anggota gerak atas
    (Latihan ini di bantu oleh perawat,terapis atau penolong).
    • Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.
    Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu
    Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu
    • Gerakan menekuk dan meluruskan siku.
    Gerakan menekuk dan meluruskan siku
    Gerakan menekuk dan meluruskan siku
    • Gerakan memutar pergelangan tangan
    Gerakan memutar pergelangan tangan
    Gerakan memutar pergelangan tangan
    • Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.
    Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan
    • Gerakan memutar ibu jari.
    Gerakan  memutar ibu jari
    • Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.
    Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.
    Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.
    • Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah.
    • Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha.
    Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
    Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
    • Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.
    Gerakan menekuk dan meluruskan lutut
    Gerakan menekuk dan meluruskan lutut
    • Gerakan untuk pangkal paha.
    Gerakan untuk pangkal paha
    Gerakan untuk pangkal paha
    • Gerakan memutar pergelangan kaki
    Gerakan memutar pergelangan kaki
    Gerakan memutar pergelangan kaki

    2. Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah, meliputi :
    • Latihan I
    Latihan I
    Latihan I
    • Latihan II
    Latihan II
    Latihan II
    • Latihan III
    Latihan III
    Latihan III
    • Latihan IV
    Latihan IV
    Latihan IV
    • Latihan V
    Latihan V
    Latihan V
    • Latihan VI
    Latihan VI
    Latihan VI
    • Latihan VII
    Latihan VII
    Latihan VII
    • Latihan VIII
    Latihan VIII
    Latihan VIII
    • Latihan IX
    Latihan IX
    Latihan IX

    3. Latihan keseimbangan
    2.3 Latihan Keseimbangan
    2.3.1 Melatih keseimbangan duduk
    Melatih keseimbangan duduk
    Melatih keseimbangan duduk
    2.3.2 Melatih keseimbangan berdiri
    Melatih keseimbangan berdiri
    Melatih keseimbangan berdiri
    4. Latihan mobilisasi
    2.4.1 Latihan Mobilisasi
    • Latihan berjalan menggunakan tongkat
    Latihan berjalan menggunakan tongkat
    Latihan berjalan menggunakan tongkat
    • Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat
    Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat
    Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat
    • Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat
    Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat
    Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat

    2.4.2 Tata cara berpindah
    • Dari tempat tidur ke kursi
    Dari tempat tidur ke kursi
    Dari tempat tidur ke kursi
    • Dari kursi roda ke mobil
    Dari kursi roda ke mobil
    Dari kursi roda ke mobil

    5. Latihan activity of day living ( ADL )
    • Tata Cara Makan
    Tata Cara Makan
    Tata Cara Makan
    • Tata Cara Berpakaian
    Cara manggunakan kemeja
    Cara manggunakan kemeja
    Cara manggunakan kemeja
    Cara menggunakan celana
    Cara menggunakan celana
    Cara menggunakan celana
    • Tata cara menggunakan kamar kecil
    Tata cara menggunakan kamar kecil
    Tata cara menggunakan kamar kecil

    3. SOCIOTHERAPY
    Sebagai makhluk social yang sakit,penderita sakit stroke hendaknya dilatih untuk dapat menjalankan fungsi sosialnya sebagai seseorang manusia,meskipun tidak dapat kembali seperti semula.Sociotherapy ini meliputi :
    1.Latihan berkomunikasi
    1.Latihan berkomunikasi
    • Latihan menulis
    Latihan menulis
    Latihan menulis
    • Latihan membaca
    Latihan membaca
    Latihan membaca
    • Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
    Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
    Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
    • Latihan mendengarkan suara
    Latihan mendengarkan suara
    Latihan mendengarkan suara
    • Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan
    Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan
    Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan.
    2. Memperbaiki daya ingat
    Daya ingat berkaitan dengan fungsi memori sesorang biasanya dapat kita latih melalui hobi (bakat, minat dan ketertarikan terhadap yang disenanginya). contonhya: musik, raket, bola, dll
    Jangan sampai ditekan jiwanya harus dihibur dan diberi semangat untuk tetap latihan dan belajar mengingat.

    MASALAH REHABILITASI

    Masalah yang terjadi bisa berasal dari :
    1. Pihak penolong/ orang yang merawat :
    Berupa :
    – Keterbatasan fasilitas dan tenaga terampil seperti fisioterapi dan perawat yang cekatan.
    - Kemampuan dokter untuk memilih terapi yang efektif.
    - Kesabaran dan waktu.
    2. Pihak penderita/ keluarga :
    - Adanya komplikasi/ penyakit yang menyertai (Contoh : infeksi paru-paru, ganggaguan fungsu ginjal, jantung dan lain-lain)
    - Pendarahan dan odem otak yang berat
    - Ketaatan minum obat
    - Keterbatasan biaya


    PENCEGAHAN STROKE DAN LARANGAN
    1. Pencegahan Primer
    1. Strategi kampanye nasional secara terpadu beserta program pencegahan penyakit vaskular yang lain.
    2. Membudidayakan hidup sehat dalam masyarakat :
    • Menghindari : Rokok, stres mental, obesitas, alkohol, konsumsi garam yang berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan lain-lain.
    • Mengurangi : Kolesterol, lemak, asam urat dalam makanan
    • Menganjurkan : Konsumsi gizi seimbang dan olah raga secara teratur
    • Mengendalikan : Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan penyakit atherosklerotik lainnya dengan menganjur pola hidup sehat seperti diatas.
    2. Pencegahan Sekunder
    1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko (Telah dijelaskan sebelumnya)
    2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin
    3. Obat-obat yang digunakan (Telah dijelaskan sebelumnya)
    4. Tindakan Invasif
    Demikian Latihan dasar untuk Orang Stroke dan penyembuhan Stroke tahap selanjutnya dapat dilatih dengan bermacam metode Fisioterapi mulai dari Bobath, Mc Cancy, Brunstrom, PNF, dll..

    Kesimpulannya selalu harus ada pencegahan mengenai stroke. Orang yang cenderung mengalami stroke dapat diketahui dengan adanya factor-faktor resiko.

    Jumat, 27 Maret 2015

    NYERI LEHER

     Nyeri leher merupakan keluhan yang sering ditemui di klinik fisioterapi. Nyeri leher dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk menggerakkan kepala dan melihat sekitar. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri leher. Jika ada saraf yang menuju lengan terjepit di leher, mungkin Anda akan merasakana nyeri bahu dan kelemahan di tangan. 
    Berikut ini ada bebera hal yang menjadi penyebab nyeri leher yang perlu Anda ketahui :
    1. Arthritis_Pada umumnya arthritis merupakan akibat dari penuaan. Masing-masing tulang belakang leher terhubung satu sama lain oleh sendi, sendi – sendi tersebut lama kelamaan bisa aus dan terkikis, mungkin bisa berkembang menjadi arthritis. Hal ini bisa menjadi penyebab terjadinya nyeri leher. 
    2. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)_Diantara ruas-ruas tulang belakang leher terdapat peredam kejut (diskus) yang berbentuk seperti bantalan donat yang tengahnya terdapat jelly (nucleus pulposus). Karena pembungkus jelly lemah, jelly tersebut bisa mendesak keluar dan menekan akar saraf leher yang kebanyakan mengantarkan signal motorik ke lengan dan tangan sekaligus mengantarkan signal sensoris dari tangan ke otak. Bila hal ini terjadi akan menimbulkan gejala nyeri leher yang menjalar ke lengan dan tangan. 
    3. Degenerasi Diskus_Degenerasi diskus (bantalan tulang belakang) bisa diakibatkan karena usia atau faktor lain. Diskus, seperti halnya sendi bisa mengalami keausan dan menyebabkan nyeri leher serta membatasi gerakan leher. 
    4. Spinal Stenosis_Spinal stenosis adalah suatu kondisi dimana terjadi penyempitan pada terowongan saraf tulang belakang (spinal cord), penyempitan pada terowongan ini bisa menjepit saraf tulang belakang. Stenosis juga bisa diakibatkan karena trauma yang mengakibatkan leher bergerak diambang batas range of motion. Jika Anda mengalamai kecelakaan kendaraan bermotor dan mengakibatkan leher Anda cedera sebaiknya periksakan ke dokter untuk memastikan.  
    5. Tidak Diketahui Sebabnya_Kadangkala sulit menentukan dengan tepat apa yang menjadi penyebab nyeri leher. Meskipun dengan pemeriksaan yang canggih seperti CT scan atau MRI, dokter atau fisioterapi tetap belum bisa menentukan satu penyebab pasti.

    X-ray atau MRI kadangkala menunjukkan beberapa masalah pada leher Anda, namun kadangkala X-ray atau MRI tidak dapat menunjukkan masalah yang ada pada leher Anda. Bisa jadi X-ray atau MRI menunjukkan adanya Hernia Nucleus Pulposus (HNP) namun Anda tidak merasakan nyeri leher, namun sebaliknya hasil X-ray atau MRI Anda tidak ditemukan masalah pada leher Anda, namun Anda merasakan nyeri leher. Bila saat ini Anda merasakan nyeri leher, jangan panik. Kebanyakan nyeri leher akan mereda dalam beberapa hari. Kunjungi fisioterapis untuk mendapatkan pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang tepat.

    Kamis, 26 Maret 2015

    BIOMEKANIK WRIST, HAND AND FINGER



    Biomekanik  WRIST – HAND – FINGER


    A.    Tulang Penyusun
    Tulang penyusun Wrist
    • Os. Radius (distal)
    • Os. Ulna
    • Ossa Carpalia – proximal row (Schapoid, Lunate, triquetrum dan Pisiform)
    Tulang Penyusun Hand
    • Ossa Carpalia – Distal row ( Trapezium, Trapezoid, Capitate, dan Hamate)
    • (5) Ossa. Metacarpal
    Tulang Penyusun Finger
    • (5) Proximal Phalang
    • (4) Middle Phalang
    • (5) Distal Phalang
    B.     Artikulasi (Persendian)
    Persendian pada Wrist
    • Wrist Kompleks 
    Persendian ini adalah multiartikular dan tersusun dari 2 gabungan sendi, memiliki biaksial untuk memungkinkan terjadinya gerakan volar fleksi (fleksi), dorsofleksi (ekstensi), radial deviasi (abduksi), dan ulnar deviasi (adduksi)
    • Radioulnar Joint, Sendi yang terbentuk dari os.radius dan os.ulna yang direkatkan oleh radioulnar ligament.
    Sendi yang terbentuk dari os. Radius bagian distal dan ossa carpalia bagian proximal (Schapoid, Lunatum, dan triquetrum). Permukaan sendi yang bikonkaf pada ujung distal dari radius dan diskus radioulnar sedikit agak menyudut ke arah volar dan ulnar. Permukaan sendi yang bikonveks adalah kombinasi dari permukaan proksimal scapoid, lunatum, dan triquetrum. Triquetrum, pada intinya bersendi dengan diskus. Ketiga tulang carpal ini dibatasi oleh sejumlah ligament interosseus. Gerakan wrist adalah deretan proksimal carpal yang terbentuk conveks akan slide (menggelincir) dalam arah yang berlawanan dengan gerakan angular (fisiologis) dari tangan.
    • Mid Carpal Joint
    Sendi yang terbentuk di antara proximal row (Schapoid, Lunate, Triquetrum) dan distal row (Trapezium, Trapezoid, Capitate, Hamate) dari tulang carpal.
    • Intercarpalia joint
    Sendi yang menghubungkan antar tulang-tulang carpal seperti schapoid, lunatum, triquetrum, dan pisiform.
    Persendian pada Hand
    • Carpometacarpal Joint (Jari II-V)
    Sendi yang terbentuk dari  tulang carpal bagian distal yaitu trapezium, trapezoid, capitate, hamate dan ke lima tulang metacarpal. Persendian ini dilingkupi oleh cavitas sendi yang banyak termasuk persendian di setiap metacarpalia dengan deretan distal tulang carpal serta persendian diantara basis setiap metacarpalia. Persendian II, III, dan IV adalah sendi maksimal yang berbentuk datar, sedangkan sendi V adalah sendi biaksial. Persendian ini diperkuat oleh ligament longitudinal dan ligament transversal. Metacarpal V adalah yang paling mobile, kemudian Metacarpal IV.
    • Carpometacarpal Joint (Ibu jari)
    Persendian ini berbentuk pelana dan biaksial yang menghubungkan antara trapezius dengan basis metacarpalia I. Sendi ini memiliki kapsul sendi yang longgar dengan ROM yang luas sehingga memungkinkan ibu jari bergerak menjauhi palmar untuk aktivitas memegang. Fleksi-ekstensi ibu jari (merupakan komponen gerak oposisi dan reposisi) terjadi pada bidang gerak frontal, dimana permukaan trapezium yang konveks dengan basis metacarpalia yang konkaf, sehingga permukaannya akan slide pada arah yang sama dengan angulasi tulang. Abduksi-adduksi terjadi pada bidang gerak sagital, dengan permukaan trapezium yang konkafa akan slide pada basis metacarpal yang konveks dalam arah yang berlawanan dengan angulasi tulang
    • Metacarpophalangeal Joint
    Sendi yang terbentuk dari tulang metacarpal dan os. Phalang. Jenis persendian ini adalah sendi condiloid biaksial dimana ujung distal dari setiap metacarpal berbentuk konveks dan phalangs proksimal adalah konkaf, diperkuat oleh ligament volar serta ligament lateral dan medial ligament.Ligamen Lateral ccollateral akan mengetat saat fleksi penuh dan mencegah abduksi dan adduksi saat posisi tersebut. Metacarpophalangeal joint pada ibu jari berbeda dengan yang lainnya, dalam hal ini diperkuat oleh 2 tulang sesamoidea dan memiliki abduksi-adduksi yang minimal bahkan saat ekstensi.
    Persendian pada Finger
    • Interphalangeal Joint
    Sendi ini terbentukk dari os. Phalang proximal dan os. Phalang distal.  Untuk setiap jari II-V ada 2 sendi yaitu proksimal interphalangeal joint (PIP) dan distal interphalangeal joint (DIP) sedangkan pada ibu jarihanya memiliki 1 sendi interphalangeal.Persendian ini adalah sendi hinge dengan uniaksial. Permukaan sendi pada ujung proksimal dari setiap phalangs adalah konkaf . Setiap sendi diperkuat oleh ligament-ligament.

    C.    Gerakan dan Otot Penggerak
    Gerakan dan otot penggerak Wrist
    • Flexi Wrist  : Flexor carpi radialis, Flexor carpi Ulnaris, Palmaris longus, Flexor Digitorum superficial, Flexor Digitorum Profunda, Flexor Pollicis Longus.
    • Extensi Wrist : Extensor carpi radialis longus, Extensor carpi radialis brevis, extensor carpi ulnaris, extensor digitorum, Extensor indicis, Extensor digiti minimi, extensor Pollicis longus, Extensor Pollicis Brevis.
    • Radial deviasi : Extensor carpi radialis longus, Extensor carpi radialis brevis, flexor carpi radialis, Abductor Pollicis Longus, Extensor Pollicis Brevis.
    • Ulnar deviasi : Flexor carpi ulnaris, extensor carpi ulnaris
    Gerakan dan otot penggerak pada Thumb
    • Flexi Thumb : Flexor Pollicis Longus, Flexor Pollicis Brevis.
    • Extensi Thumb : Extensor Pollicis Longus, Extensor Policis Brevis, Abductor Pollicis Longus.
    • Abduksi Thumb : Abductor Policis Longus, Abductor Pollicis Brevis.
    • Adduksi Thumb : Adductor Pollicis.
    • Oposisi : Opponens Pollicis
    Gerakan dan otot penggerak pada Finger
    • Flexi Finger : Flexor Digitorum superficial, Flexor Digitorum profundus, Lumbricals, Flexor Digiti minimi brevis.
    • Extensi Finger : Extensor Digitorum, Extensor Digiti minimi, Extensor Indicis, Interossei, Lumbricals.
    • Abduksi Finger : Dorsal Interossei, Abductor Digiti minimi, Opponens Digiti minimi.
    • Adduksi : Palmar Interossei.
    D.    Range Of Motion (ROM)
    ROM pada Wrist
    • Flexi : 0-75o
    • Extensi : 0-75o
    • Ulnar Deviasi : 0-35o
    • Radial Deviasi : 0-20o
    • Pronasi : 0-75o
    • Supinasi : 0-80o
    ROM pada Thumb
    • Flexi Interphalangeal : 0-80o
    • Extensi Interphalangeal : 0-20o
    • Flexi Metacarpophalangeal : 0-55o
    • Extensi Metacarpophalangeal : 0-5o
    • Abduksi Carpometacarpal : 0-20o
    • Flexi Carpometacarpal : 0-15o
    ROM pada Finger
    • Flexi Metacarpophalangeal : 0-90o
    • Extensi Metacarpophalangeal : Up to 45o
    • Flexi Proximal Interphalangeal : 0-100o
    • Flexi Distal Interphalangeal : 0-80o
    E.     Innervasi
    Pergelangan tangan dan tangan memiliki persarafan motorik dan sensorik yang diinnervasi oleh 3 saraf perifer yang keluar dari plexus brachialis. Ketiga saraf tersebut adalah radial nerve, median nerve, dan ulnar nerve. Radial nerve secara umum memberikan inervasi pada oto-otot extensor pada pergelangan tangan dan jari-jari. Median nerve secara umum menginnervasi otot-otot flexor pada pergelangan tangan dan tangan. Median nerve ini bertanggung jawab atas 1/3 jari tangan pada permukaan palmar. Dan Ulnar nerve menginnervasi otot sepanjang lintasan  ulnar dan flexor tangan bagian ulna, dan juga bertanggung jawab pada abduksi dan adduksi jari-jari.





    PEMERIKSAAN SPESIFIK REGIO WRIST AND HAND


    1.      Palpasi
    Beberapa tes spesifik  yang dapat  dilakukan  pada region wrist joint anatara lain  seperti
    a.   Palpasi Kulit
    Kulit palmar terikat fascia sebagai ‘Crease’ dan samping jari oleh septa & ligament kecil.
    b.   Palpasi Tulang
    Titik referensi : Proc. Styloideus medialis dan lateralis
    Arcus Carpalis prox. ta: ossa. scapoid, Lunatum, Triquetrium, Pisiforme. Arcus Carpalis distal: ossa Trapezium, Trapezoideum, Capitatum dan Hamatum. Proc. Styloideus Radialis®tuberculum Lister.
    Anatomic snuffbox.
    Os Naviculare (Scapoideum) Sering fraktur®tenderness
    Os Trapezium bersendi dg. metacarpal I,
    Os Capitatum tl. Terbesar, Os Lunatum ®dislokasi, kadang fraktur.
    Proc. Styloideus ulnae (med)
    Tuberculum lister s.d.basis MC III
    Os triquetrium® fraktur, Os Pisiforme® tendon flexor carpi ulnaris.
    Hook of Hamatum bersama os pisiforme membentuk Guyon tunnel.
    Ossa Metacarpalia, Ossa phalangeal.
    c.    Palpasi Jaringan Lunak
    Anatomic Snuffbox: Lat. tendon Abd. Pol. Longus dan Ext. Pol. Brevis.(tunnel I) stenosing
    Med: tendon Ext. Pol. Longus tunnel III. . 
    Tunnel II : Ext. Carpi Radialis-Longus et Brevis.
    Flexor Carpi Ulnaris. Insersi os Pisiforme.
    Tendon m.Palmaris Longus; test dg jepit ibu jari dan Kelingking gerak fleksi.
    Carpal tunnel.:Prox.: os Pisiforme ® tuber.Naviculare. 
    Dors : hook Hamatum®Tuber. Trapezium.
    Fexor Carpi Radialis. Insersi basis MC II
    Tendon Flexor Jari.Trigger finger.
    Thenar ® atrophy : n. medianus
    Hypothenar®atrophy : n. ulnaris
    Palmar apponeurosis : Dupuytren’s contacture.

    2.      Finkelstein Test
    Test dilakukan unutk mendeteksi  adanya dequevein atau Hoffman  disease  atau dikenal juga  dengan nama styloditis radial. Pada kondisi  ini terjadi  peradangan pada tendo EPB dan APL  yang berada dalam satu  selubung tendon. Finkelstein  dengan cara pasien mengepalkan tangannya, dimana ibu jari  diliputi oleh jari-jari lainnya  selanjutnya pemeriksa  menggerakkan wrist pasien kearah  ulnar deviasi (Abduksi Ulnar). Positif jika  timbul nyeri  yang hebat  pada kedua tendo otot  tersebut tepatnya  pada procesus  styloideus radial. Yang memberikan  indikasi  adanya tenosynovitis pada ibu jari.     
    3.    Test Phalen
    Apabila terdapat penyempiatan pada terowongan carpal  dipergelangan tangan   bagian  volar  yang  dilintasi  cabang nervus madinus, maka penekukan di wrist joint  akan menimbulkan rasa nyeri  atau parestisia  dikawasan  n. medianus.
     Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara  palmar fleksi kedua wrist, lalu  saling tekankan  kedua dorsum  manus satu  dengan lainnya sekuat-kuatnya.
    Tangan  yang merasakan  nyeri atau kesemutan  memberi indikasi  bahwa terowongan  karpal tersebut  menyempit. Selain cara tersebut diatas  tes phalen dapat  pula dilakukan  dengan cara pergelangan tangan  dipertahankan selama kira-kira setengah menit  dalam posisi  palmar fleksi penuh, Jika posisi ini dierahankan  cukup lama, pada setiap orang akan timbuk rasa kesemutan, akan tetapi pada sindrom  terowongan carpal  rasa kesemutan  akan timbul dalam waktu yang  sangat singkat, pasti dalam waktu 30 detik, terkadang parestesia  baru timbul  saat pergelangan tangan  digerakkan  kembali dari posisi  palmar fleksi maksimal. 
    4. Tes Tinel Terowongan Carpal
    Tes ini dilkukan dengan cara melakukan pengetokan/penekanan pada ligamentum volare pergelangan tangan atau pada n. medianus akan menimbulkan nyeri kejut didalam tangan  serta arestesia  dikawasan n. medianus  apabila terowongan  karpal menyempit seperti halnya  dengan sindrom carpal tunnel , meskipun didalam  praktek  tes ini tidak selalu positif.
    5.    Circle Formation
    Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa  fungsi  n. medians. Caranya posisi ibu jari kejari telunjuk  sehingga membentuk  huruf O, jika tidak dapat dilakukan  gerakan tersebut  indikasi kelemahan  pada otot  Interossei anterior, FDP dan FPL.
    6.    Froment’s Sign
    Dalam hal ini pasien mencoba untuk memegang selembar kertas diantara ibu jari  dan jari telunjuk, ketika pemeriksa  mencoba untuk menarik kertas tersebut  keluar phalangs terminal ibu jari fleksi, hal ini disebabkan karena  paralysisi dari otot adductor pollicis yang memberi indikasi  tes positif. Tes ini member indikasi  paralysis  nervus ulnaris.

    7.    Allen Test
    Pasien diminta  untuk membuka  dan menutup tangan  beberapa kali secepat mungkin. Ibu jari dan jari tangan  pemeriksa diletakkan  diatas arteri radial  dan arteri ulnar, selanjutnya  pasien diminta untuk membuka tangan sementara  penekanan diatas  arteri tetap dilakukan. Satu arteri yang ditest dibebaskan  untuk melihat aliran darahnya. Demikian pula  dengam aretri  lainnya. Kedua  tangan diperiksa  dan bandingkan . test ini untuk mengetahuti paten  dari arteri  radial dan arteri ulnaris  dan untuk mengetahui  pembuluh  darah arteri  yang banyak mensuplai tangan.
    8.      Joint Play Movemant (JPM)
    a.   Distal Radio Ulnar
    Translation
    Pronasi radius didorong ventral, supinasi radius didorong dorsal. 
    b.         Wrist Traction
    Diberikan pd akhir pembatasan ROM palmar flex; dorsal flexi; ulnar deviation; dan radial deviation. 
    c.       Intercarpal Mobization Test
    Lunate, Scapoid, Capitate. Gerak tranlasi kearah palmar dan dorsal. 
    d.      CMC Ireposition Test
    Pemeriksaan capsular pattern dengan mendorong ibu jari  reposisi.
    e.       CMC II-V Traction Test
    Metacarpal ditarik ke distal, posisi pembatasan ROM. 
    f.       MCP I-V Traction Test
    Phalanx proximal ditarik ke distal,  posisi pembatasan ROM. 
    g.      PIP & DIP (I)-V Traction Test
    Phalax tengah & distal ditarik ke distal,  posisi pembatasan ROM







    BEBERAPA TEST PADA TANGAN

    Allen’s test: Sebuah tes yang dirancang untuk menentukan patensi dari anastomosis pembuluh darah di tangan. Pertama-tama pemeriksa mempalpasi dan mengoklusi (menekan) arteri radialis dan ulnaris. Pasien kemudian diminta untuk membuka dan menutup jari tiga sampai lima kali dengan cepat sampai kulit telapak tangan sembab. Tekanan kemudian dilepaskan salah satu bisa arteri radialis atau ulnaris, kecepatan kembalinya warna normal tangan dicatat. Pengujian diulangi dengan melepas arteri yang tidak dilepas pada pengujian pertama. Hasil tes positif menunjukkan bahwa tidak ada atau berkurangnya hubungan antara arcus ulnaris superficialis dan arcus radialis profunda.
    Bunnel-Littler test: Sebuah tes yang dirancang untuk mengidentifikasi kontraktur otot intrinsik atau kontraktur sendi pada sendi PIP (Proximal Inter Phalang). Pemeriksa memflexikan PIP hingga maksimal sambil sebelumnya sedikit mengekstensikan  sendi metacarpophalang (MCP). Hasil tes positif untuk kontraktur kapsul sendi jika sendi PIP tidak dapat difleksikan. Tes ini positif untuk kontraktur otot intrinsik jika MCP sedikit fleksi dan PIP dapat diflexikan sepenuhnya.



    Finkelstein test: Sebuah tes yang dirancang untuk menentukan adanya tenosinovitis tendo abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Tes ini biasanya digunakan untuk menentukan adanya penyakit de Quervain’s. Pasien membuat kepalan dengan ibu jari ditekuk di dalam keempat jari lainnya. Pasien kemudian mendeviasikan (tulang) metacarpal pertama ke arah ulnar dan memanjangkan sendi proksimal ibu jari (yakni dengan menekuk kepalan tangan kearah ulnar) . Jika pasien mengalami rasa sakit, maka dikatakan sebagai hasil tes positif.

    Froment’s sign: Sebuah tes yang dirancang untuk menentukan adanya kelemahan otot adduktor policis karena kelumpuhan nervus ulnaris. Pasien diminta untuk memegang selembar kertas memakai ujung ibu jari dan sisi radial jari telunjuk. Hasil uji positif jika saat penguji menarik kertas dari pegangan pasien maka phalang terminal ibu jari pasien akan terfleksikan atau jika sendi MCP di ibu jari menjadi sangat memanjang (Jeanne’s sign).
    Intrinsic-plus test: Sebuah tes yang dirancang untuk mengidentifikasi pemendekan otot-otot intrinsik tangan. Tes ini menjadi spesifik pada tangan pasien dengan rheumatoid arthritis, terutama pada tahap awal sebelum ada kerusakan atau cacat pada tangan. Pada tes ini, sendi MCP jari yang sedang diuji di hiperekstensi-kan. Maka sendi jari di tengah dan distal akan menjadi sedikit fleksi akibat tarikan pasif jaringan. Pemeriksa kemudian mencoba untuk memflexikan sendi PIP jari tersebut. Jika terdapat hambatan dalam memfleksikan jari tersebut maka dianggap sebagai tanda positif

    Phalen’s test (fleksi pergelangan tangan): Sebuah tes yang dirancang untuk menentukan adanya carpal tunnel syndrome. pergelangan tangan pasien difleksikan maksimal oleh pemeriksa, kemudian pasien mempertahankan posisi ini dengan menahan satu pergelangan tangan dengan pergelangan tangan yang lain selama 1 menit. Hasil uji positif jika terdapat parestesia di ibu jari, jari telunjuk, dan ½ lateral jari manis.

    Tight retinacular ligament test: Sebuah tes yang dirancang untuk menentukan adanya pemendekan ligamen retinacular atau adanya ikatan pada kapsul sendi interphalangeal distal (DIP). Pemeriksa memegang sendi PIP pasien dalam posisi ekstensi penuh sembari memfleksikan sendi DIP. Jika sendi DIP tidak dapat difleksikan, maka tes dianggap positif (baik disebabkan karena kontraktur ligamen collateral atau kontraktur kapsul sendi). Untuk membedakannya, sendi PIP difleksikan dan jika sendi DIP dapat difleksikan dengan mudah maka kapsul sendi dianggap normal.
    Tinel’s sign: Sebuah tes yang dirancang untuk mendeteksi carpal tunnel syndrome. Pemeriksa mengetuk diatas terowongan carpal di pergelangan tangan. Hasil uji positif jika pasien merasakan paresthesia di distal dari pergelangan tangan.